A. Definisi
Gerontologi
adalah ilmu yang mempelajari proses ketuaan dan kaitannya, berasal dari kata "Geras"
dari bahasa yunani berarti umur tua dan "Logos" pelajaran atau
penjelasan tentang sesuatu. Istilah gerontologi mempunyai arti luas karena
menyangkut aspek-aspek psikologi, sosio ekonomi, fisiologi Khusus untuk
gerontologi yang menyangkut aspek kesehatan disebut geriatrik yang mempelajari
aspek-aspek medis dalam kehidupan tua. Geriatrik mendalami sebab-sebab dan
upaya perbaikan dari perubahan patologi faali pada orang-orang yang berumur
lanjut.
Menurut
Miller, Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang
mungkin terjadi pada lansia. Dalam referensi lain dikatakan gerontologi
merupakan suatu pendekatan ilmiah dari berbagai aspek proses penuan yaitu
kesehatan, sosial, ekonomi, perilaku, lingkungan. Geriatri adalah cabang ilmu
kedokteran yang berfokus pada penyakit yang timbul pada lansia.
Ada
4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu :
- Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia.
- Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif
- Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b) Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan lain-lain.
- Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan penegak hukum, atau trauma psikis.
B. Teori Menua (Aging)
Gerontologi,
studi ilmiah tentang efek tentang penuaan dan penyakit yang berhubungan dengan
penuaan pada manusia, meliputi efek biologis, fisiologis, psikososial, dan
espek rohani dari penuaan (Stanley 2006). Menua (aging) adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga
tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Santoso 2009).
Menjadi tua (aging) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.
Menurut Darmojo
(2006) tujuan hidup manusia itu ialah menjadi tua tetapi tetap sehat (Healthy
aging). Healthy aging artinya menjadi tua dalam keadaan sehat. Takemi
(1977) yang pertama kali menyatakan “Gerontology is concerned primarily with
problem of healthy aging rather than the prevention of aging”.
Healthy aging akan dipengaruhi oleh faktor:
1. Endogenoc aging, yang
dimulai dengan cellular aging, lewat tissue dan anatomical
aging kearah proses menuanya organ tubuh. Proses ini seperti jam yang terus
berputar.
2. Exogenix faktor, yang dapat dibagi dalam sebab
lingkungan (environment) dimana seseorang hidup dan faktor sosio budaya
yang paling tapat disebut gaya hidup (Life style). Faktor exogenix
aging tadi, sekarang lebih dikenal denga ssebutan faktor resiko.
Wacana
diatas jelas kiranya tugas dan tujuan gerontology/geriatri dalam mengabdi ilmu
kesehatan yaitu menuju healthy aging (menuju menua sehat). Pengalaman
menunjukkan bahwa rupa-rupanya yang lebih berpengaruh adalah faktor-faktor
eksogen yaitu “gaya hidup” dan lingkungan yang juga saling mempengaruhi
satu satu sama lain. Endogenic dan exogenix faktors ini
seringkali sulit untuk dipisah-pisahkan karena saling memepngaruhi dengan erat.
Bila faktor-faktor trsebut tidak dapat dicegah terjadinya maka orang tersebut
akan lebih cepat meninggal dunia (Darmojo 2006).
C. Karakteristik
lansia
Beberapa
karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah
kesehatan lansia adalah:
a.
Jenis kelamin: Lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan kebutuhan
dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan perempuan.
Misalnya lansia laki-laki sibuk dengan hipertropi prostat, maka
perempuan mungkin menghadapi osteoporosis.
b.
Status perkawinan: Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda atau
duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis.
c. Living
arrangement: misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama
instri, anak atau kekuarga lainnya.
1). Tanggungan
keluarga: masih menangung anak atau anggota keluarga.
2). Tempat
tinggal: rumah sendiri, tinggal bersama anak. Dengan ini kebanyakan lansia
masih hidup sebagai bagian keluarganya, baik lansia sebagai kepala keluarga
atau bagian dari keluarga anaknya.
Namun akan
cenderung bahwa lansia akan di tinggalkan oleh keturunannya dalam rumah yang
berbeda. Menurut Darmawan mengungkapkan ada 5 tipe kepribadian lansia yang
perlu kita ketahui, yaitu: tipe konstruktif (constructive person-ality),
tipe mandiri (independent personality), tipe tergantung (hostility
personality) dan tipe kritik diri (self hate personality).
d.
Kondisi kesehatan
1). Kondisi
umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain dalam kegiatan
sehari-hari seperti mandi, buang air besar dan kecil.
2). Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan
menjadi tidak produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain.
e.
Keadaan ekonomi
1). Sumber pendapatan resmi: Pensiunan ditambah
sumber pendapatan lain kalau masih bisa aktif.
2). Sumber
pendapatan keluarga: Ada bahkan tidaknya bantuan keuangan dari anak atau
keluarga lainnya atau bahkan masih ada anggota keluarga yang tergantung
padanya.
3). kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya
yang lebih tinggi, sementara pendapatan semakin menurun. Status ekonomi sangat
terancam, sehinga cukup beralasan untuk melakukann berbagai perubahan besar
dalam kehidupan, menentukan kondisi hidup yang dengan perubahan status ekonomi
dan kondisi fisik.
D.
Perubahan-perubahan pada lansia
Perubahan-perubahan
yang terjadi pada lansia adalah faktor kesehatan yang meliputi keadaan fisik
dan keadaan psikososial lanjut usia.
a.
Keadaan
Fisik
Faktor kesehatan
meliputi keadaan psikis lansia. Keadaan fisik merupakan faktor utama dari
kegelisahan manuia. Perubahan secara fisik meliputi sistem prnapasan, sistem pendengaran,
sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, muskuloskletal, gastrointestinal dan
system integumen mulai menurun pada tahap-tahap tertentu. Dengan demikian orang
lanjut usia harus menyesuaikan diri kembali dengan ketidak berdayaannya.
b. Kesehatan Psikososial
1). Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau
teman dekat meninggal terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan,
seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan
sensorik terutama pendengaran.
2). Duka
cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman
dekat, atau bahkan hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang
telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik
dan kesehatan.
3). Depresi
Duka cita yang berlanjut akan
menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang
berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena
stress lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.
4). Gangguan
cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia,
panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif
kompulsif, gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan
berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat,
atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
5). Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia,
ditandai dengan waham (curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri
barang-barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang
terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
6). Sindroma
Diogenes
Suatu
kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat mengganggu. Rumah
atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main dengan feses dan urin nya,
sering menumpuk barang dengan tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan,
keadaan tersebut dapat terulang kembali.
c. penurunan
Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering
kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan jantung,
gangguan metabolisme, misal diabetes millitus, vaginitis, baru selesai operasi
: misalnya prostatektomi, kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna
atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti
antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer.
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
·
Rasa tabu atau malu bila
mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
·
Sikap keluarga dan masyarakat yang
kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya.
·
Kelelahan atau kebosanan karena
kurang variasi dalam kehidupannya.
·
Pasangan hidup telah meninggal.
·
Disfungsi seksual karena perubahan
hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun
dsb.
d. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun.
Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua
atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya,
karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan,
jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki
masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah
diuraikan pada point tiga di atas.
Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban
mental setelah lansia? Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental individu
dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut
kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang
seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut
sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif maupun
negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan
mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif
sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan
kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk
masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh.
Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi
dan terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan
assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang
jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki
masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya
masing-masing. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang
sangat banyak jenis dan macamnya.
Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung
terlihat hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping
pekerjaan yang selama ini ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup
menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak membayangkan bahwa
setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna, menganggur, penghasilan berkurang
dan sebagainya.
e. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan,
gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan
kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat
berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan
keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan
aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing
atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk
berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi
seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna
serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya
seperti anak kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya
lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih
sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak
saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh
kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau
sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak
punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan
sendiri, seringkali menjadi terlantar.
E. Pembatasan
kecacatan
Kecacatan
adalah kesulitan dalam mengfungsikan kerangka, otot dan system saraf.
Pengolongan kecacatan dapat berupa kecacatan sementara (dapat dikorelasi),
kecacatan mental (tak bias dipulihkan, akan tetapi dapat disupsitusikan dengan
alat), kecacatan progresif (tak bisa pulih dan tak bias disubstitusikan atau di
ganti). Langkah-langkah yang dilakukan adalah pemeriksaan (assesment), identifikasi
masalah (problem identification), perencanaan (planning), pelaksanaan
(implementation), dan penilaian (evaluation).
F. Jenis
Dukungan Keluarga
Dukungan
keluarga adalah tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit.
Keluarga terdiri atas suami, istri, anak dan untuk indonesia dapat meluas
mencakup saudara dari kedua belah pihak. menyatakan bahwa keluarga berfungsi
sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa
orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan
jika diperluka. Terdapat beberapa dimensi dari dukungan keluarga yaitu:
1). Instrumental
Aid (Bantuan Instrumental)
Dukungan ini bersifat nyata dan bentuk
materi bertujuan untuk meringankan beban bagi individu yang membentuk dan
keluarga dapat memenuhinya, sehimgga keluarga merupakan sumber pertolongan yang
praktis dan konkrit yang mencakup dukungan atau bantuan seperti uang,
peralatan, waktu serta modifikasi lingkungan.Menurut Hause, bantuan
instrumental adalah merupakan tindakan atau materi yang diberikan oleh orang
lain yang memungkinkan pemenuhan tanggung jawab yang dapat membantu untuk mengatur
situasi yang menekan.
2). Social
Emotion Aid (Bantuan Sosial Emosional)
Suatu ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian orang-orang yang bersangkutan kepada anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan, misalnya umpan balik dan penegasan dari anggota keluarga.
Keluarga merupakan tempat yang aman untuk istirahat serta pemulihan penguasaan
emosi. Bantuan sosial emosional merupakan pernyatan tentang cinta, perhatian,
penghargaan dan simpati serta menjadi bagian dari kelompok yang berfungsi untuk
memperbaiki peranan negatif yang khususnya disebabkan oleh stress.
3). Information
Aid (Bantuan Informasi)
Apabila individu tidak dapat
menyelesekan masalah yang dihadapi maka dukungan ini diberikan dengan cara
memberi informasi, nasehat dan petunjuk tentang cara penyelesean masalah.
Keluarga juga merupakan penyebar informasi yang dapat diwujudkan dengan
pemberian dukungan semangat serta pengawasan terhadap pola kegiatan
sehari-hari. Bantuan informasi adalah komunikasi tentang opini atau kenyataan
yang relevan tentang kesulitan-kesulitan pada saat ini, misalnya nasehat dan
informasi-informasi yang dapat menjadi individu lebih mampu untuk mengatasi
sesuatu.
4). Keintiman
dukungan
keluarga lebih banyak diperoleh dari keintiman dari pada aspek-aspek lain dalam
interaksi sosial, adanya keintiman dan penerimaan dukungan sosial yang baik,
selama menjalani kehidupan dapat membuat individu lebih berarti bagi
lingkungan.
5). Self Esteem
Individu yang
mempunyai self esteem tinggi memandang orang lain yang sama sehingga
ancaman terhadap tindakan dengan individu yang self esteem-nya tidak
menyenangkan dan tidak sesuai dengan harapanya.
6). Ketrampilan Sosial
Individu yang
berguna akan memiliki ketrampilan sosial tinggi sehingga mereka mempunyai
jaringan sosial yang luas, oleh karena itu individu yang mempunyai kebiasan
yang mudah mendapat dukungan sosial tinggi dari pada individu yang rendah
ketrampilan sosialnya.
G. Peran anggota
keluarga terhadap lansia
Dalam
melakukan perawatan terhadap lansia, setiap angota keluarga memiliki peran yang
sangat penting oleh anggota keluarga dalam melaksanakan perannya terhadap
lansia yaitu: melakukan pembicaraan terarah, memperhatikan kehangatan keluarga,
membantu dalam hal transportasi, membantu melakukan persiapan makanan bagi
lansia, memberikan kasih sayang, menghormati dan menghargai, bersikap sabar dan
bijaksana terhadap perilaku lansia, memberikan kasih sayang, menyediakan waktu
serta perhatian, jangan menganggapnya sebagai beban, memberi kesempatan untuk
tinggal bersama, mengajarknya dalam acaraacara keluarga, membantu mencukupi
kebutuhanya.
H. Peran
keluarga dalam perawatan lansia
Keluarga
merupakan support system utama bagi lansia dalam memperhatikan
kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga atau
merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi
perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan
spiritual bagi lansia.
I. Tugas
perkembangan keluarga dengan lansia
Tugas
perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai oleh keluarga
adalah sebagai berikut: mempertahankan pengetahuan hidup yang memuaskan,
penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan
perkawinan, penyesuaian diri terhadap kehilangan pasagan, pemeliharaan ikatan
keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
http://belajarpsikologi.com/psikologi-lansia/, diakses pada
12 mei 2014, 10:17 am.
Ebook, HUBUNGAN
PENGETAHUAN TENTANG POSYANDU LANSIA DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU
MENGIKUTI POSYANDU LANSIA, Maryatun**Syaifudin Ali Anwar**Ratih Sri Wardani,
Fakultas Kesehatan Masuarakat Universitas Muhammadiyah Semarang, diakses pada
12 mei 09.30am.
Ebook, Studi Deskriptif Gaya Hidup Pada Usia Lanjut Hipertensi Di
Desa Kangkung Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak, Guntur Prasetyo, jtptunimus-gdl-gunturpras-6599-3-babii,
diakses pada 12 mei 2014, 09.45am.
Ebook, Senam Vitalisasi
Otak Lebih Meningkatkan Fungsi Kognitif Kelompok Lansia
daripada Senam Lansia di Balai
Perlindungan Sosial Propinsi Banten, unud-680-tesisfinalhjstrohanaoke, diakses pada 12
mei 2014, 10.00am.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar