what i see in this world

Sabtu, 16 Agustus 2014

Download Judge (ジャッジ) Live Action Movie

  • Title: Judge
  • Japanese:   ジャッジ
  • Release Date: November 8, 2013
  • Runtime: 77 min.
  • Genre: Death Game / Thriller / Horror
Diapdatasi dari manga berjudul sama karya Yoshiki Tonogai, Film ini bercerita tentang 7 orang manusia yang dikumpulkan atau lebih tepatnya diculik di suatu tempat tertutup, mereka semua dipakaikan topeng binatang yang mewakili dosa-dosa yang telah mereka lakukan: nafsu, kerakusan, keserakahan, kemalasan, amarah, iri dan kesombongan. Di tempat itu terdapat meja pengadilan yang berisi nama dan gambar semua orang yang berada disana, mereka dipaksa memilih siapa yang akan mati, dengan cara memvoting. Disinilah game dimulai..... apakah nyawa kita yang akan di renggut, ataukah kita yang merenggut nyawa oranglain.

Screenshot





Download Link


click here
password rar: whatiseeinthissmallworld.blogspot.com

Subtitle


COMING SOON (temporarily not available)


more info for this movie click here

Judge ジャッジ Live Action Movie


  • Title: Judge
  • Japanese:   ジャッジ
  • Release Date: November 8, 2013
  • Runtime: 77 min.
  • Genre: Death Game / Thriller / Horror
Diapdatasi dari manga berjudul sama karya Yoshiki Tonogai, Film ini bercerita tentang 7 orang manusia yang dikumpulkan atau lebih tepatnya diculik di suatu tempat tertutup, mereka semua dipakaikan topeng binatang yang mewakili dosa-dosa yang telah mereka lakukan: nafsu, kerakusan, keserakahan, kemalasan, amarah, iri dan kesombongan. Di tempat itu terdapat meja pengadilan yang berisi nama dan gambar semua orang yang berada disana, mereka dipaksa memilih siapa yang akan mati, dengan cara memvoting. Disinilah game dimulai..... apakah nyawa kita yang akan di renggut, ataukah kita yang merenggut nyawa oranglain.

Berbeda dari manganya, dimana karakternya ada 9 orang, di film ini hanya ada 7 karakter yang ditampilkan, semuanya mewakili 7 dosa yang sering dilakukan manusia yaitu, nafsu, kerakusan, keserakahan, kemalasan, amarah, iri dan kesombongan. Mungkin film ini memang terdapat beberapa perbedaan dengan manganya, tetapi keduanya mempunyai kelebihannya masing-masing.

Cast

Judge live-action-Koji Seto.jpg Judge live-action-Kasumi Arimura.jpg
Koji Seto Kasumi Arimura
wolf lion
Judge live-action-Jiro Sato.jpg Judge live-action-Sotaro Tanaka.jpg Judge live-action-Kazuyoshi Taira.jpg Judge live-action-Fukino Kawate.jpg Judge live-action-Yuko Nishimaru.jpg
Jiro Sato Sotaro Tanaka Kazuyoshi Taira Fukino Kawate Yuko Nishimaru
fox dog bear pig rabbit 

source : http://asianwiki.com/Judge_live-action
http://www.animenewsnetwork.com/news/2013-08-29/live-action-judge-film-trailer-streamed






















Kamis, 14 Agustus 2014

Strobe Edge Live Action (More cast)


Setelah sebelumnya Sota Fukushi dan Kasumi Arimura dikonfirmasi akan menjadi pemeran utama, untuk adaptasi film Strobe edge, Strobe-movie.com kini merilis cast yang lain yang nantinya juga ikut serta dalam film ini.

Berikut, seperti yang saya kutip dari Strobe-movie.com





Adaptasi film ini nantinya akan ditayangkan pada bulan maret 2015, sekitar 3 bulan setelah Ao Haru Ride live action. sekali lagi, mari kita bersabar :D

Sota Fukushi dan Kasumi Arimura dalam Strobe Edge Live Action





Aktor Sota Fukushi (21th) dan artis Kasumi Arimura (21th) akan menjadi pemeran utama film Strobe edge, film ini akan ditayangkan pada bulan maret tahun depan. Film ini diangkat dari manga romantis populer berjudul sama. Keduanya akan memainkan cerita cinta ala anak sekolah. Sota Fukushi, akan berperan sebagai seorang siswa yang terkesan cool, dan Kasumi Arimura yang rela memotong 20cm rambutnya untuk peran ini, akan membuat hati penontonnya berdebar dengan aktingnya.

Fukushi dan Arimura, yang menduduki tempat pertama pada paruh pertama tahun 2014 di Oricon, mengambil tantangan untuk berperan dalam film ini.
Strobe Edge adalah live-action pertama yang berasal dari komik dengan judul yang sama karya Sakisaka Io (Ao Haru Ride, yang juga dijadikan live action). Manga ini terjual sebanyak 450 juta kopi. Manga ini bercerita tentang Ninako si gadis polos, yang merasakan cintanya bertepuk sebelah tangan pada lelaki paling populer di sekolah, bernama Ren, manga ini juga menggambarkan seberapa pahitnya cinta pertama yang dialami Ninako.
Sato Fukushi dan Kasumi Arimura yang melambung namanya dengan Amachan,meskipun ini akan menjadi kali keempat mereka bekerja dalam projek yang sama, tetapi film ini adalah proyek pertama yang memasangkan mereka menjadi pemeran utama.


 (Image source from article on Sanspo.com, 1, 2)

Fukushi, yang akan memerankan Ren, seorang siswa yang terlihat cool tetapi sebenarnya orang yang lemah lembut, juga membintangi film Kamisama no Iu Toori, yang akan di tayangkan pada 15 november nanti, film ini mendapat perhatian orang banyak. Sedangkan Arimura yang berperan sebagai Ninako, pernah menjadi pengisi suara untu film produksi Ghibli berjudul When Marney Was There.
Tim produksi yang menginginkan kisah cinta terbaik dengan pemeran terbaik, mereka mengharapkan Fukushi dan Arimura akan menjadi “power couple” untuk 18 iklan yang telah direncanakan (6 untuk Fukushi, dan 12 untuk Arimura)
Keduanya benar-benar menyiapkan diri untuk peran ini, Fukushi, yang membaca Strobe edge sebagai shoujo manga pertamanya pada saat sma, berkomentar dengan bersemangat, “jika aku berperan sebagai Ren, aku akan memerankannya seperti ini, aku memikirkannya ketika aku membacanya, dan mimpiku sekarang menjadi nyata”
Selain itu, Arimura, memutuskan untuk memotong rambut panjangnya sepanjang 20 cm, agar lebih mirip dengan Ninako. Arimura terakhir kali memiliki rambut pendek ketika masih smp, dia berkomentar “sejak aku debut, aku tidak pernah berpikir kalau aku akan berambut pendek lagi, tetapi sejak aku mengubah penampilanku untuk peran ini, aku merasa lebih fresh,” Fukushi ikut berkomentar; “kamu terlihat sepertinya (ninako).”
Filming akan dimulai di Niigata pada awal bulan ini. Ini adalah keempat kalinya mereka di proyek yang sama, Fukushi mengatakan, “kesanku saat melihatnya, aku pikir dia orang yang sangat jujur, tetapi ia memiliki hati yang kuat, dan aku benar-benar penasaran bagaimana drama ini nantinya.”
Arimura juga menambahkan dengan bersemangat, “Kesan pertamaku saat melihatnya, “orang ini menakutkan!” (tertawa), tetapi ketika aku berbicara dengannya, dia orang yang santai, dan dia menuruti apa yang aku katakan, jadi aku merasa lebih aman. Aku juga harus bekerja lebih keras untuk membuat Ren-kun jatuh cinta denganku.” Kami akan berusaha membuat kisah cinta yang indah seperti yang kalian lihat di manganya”.

 

Ao Haru Ride Live Action (More photos + Cast)

 

Ao Haru Ride live action kembali merilis beberapa foto di situs resminya aoha-movie.com







Cast :

Tsubasa Honda - Futaba Yoshioka







Masahiro Higashide - Kou Mabuchi





Yudai Chiba - Toma Kikuchi

  

Mitsuki Takahata - Yui Narumi




Yua Shinkawa - Shuko Murao

Ryo Yoshizawa - Aya Kominato



Izumi Fujimoto - Yuri Makita





Yu Koyanagi - Yoichi Tanaka



Live Action ini akan dirilis di bioskop-bioskop jepang pada 13 desember 2014, bagaimana dengan indonesia? Kita harus menunggu beberapa bulan setelah penayangan di jepang, sekitar 1 tahun dari sekarang. Harap bersabar....

Bagi yang sudah tidak sabar, mungking trailer dibawah ini bisa sedikit mengobati ketidaksabaran kalian.


Rabu, 13 Agustus 2014

REVIEW JURNAL PSIKOLOGI PERKEMBANGAN "PENOLAKAN ORANGTUA TERHADAP ANAK DENGAN GANGGUAN SOMATOFORM"

REVIEW JURNAL PSIKOLOGI PERKEMBANGAN "PENOLAKAN ORANGTUA TERHADAP ANAK DENGAN GANGGUAN SOMATOFORM"






Penulis
Fauzia Naz and Rukhsana Kausar
Tahun
Januari 2014
Judul
Jurnal
Psikologi Terapan, Akademi di India
Vol. Dan Halaman
Vol.40, No.1, 145-154
Alamat Web
http://online.sagepub.com/
  










Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki penolakan orang tua, ketidakmampuan menyesuaikan kepribadian diri, serta gejala kecemasan pada remaja dengan gangguan somatoform dibandingkan dengan remaja dengan kondisi medis umum. Lebih khusus lagi, hal ini bertujuan untuk menguji hubungan dan asosiasi yang dirasakan pada penolakan orang tua dan ketidakmampuan menyesuaikan kepribadian diri dengan kecemasan pada gejala somatoform pada remaja.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini:
1.      Remaja dengan gangguan somatoform cenderung melaporkan lebih banyak penolakan orang tua, memiliki kesulitan menyesuaikan kepribadian diri  dan gejala kecemasan dengan tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja normal.
2.      kemungkinan ada hubungan yang positif antara persepsi penolakan orang tua, ketidakmampuan menyesuaikan kepribadian diri, gejala kecemasan dan tingkat keparahan gejala gangguan somatoform pada remaja dengan gangguan somatoform,
3.      Penolakan orangtua dan ketidakmampuan menyesuaikan kepribadian diri cenderung menjadi prediktor gejala kecemasan,
4.      Penolakan orangtua dan ketidakmampuan menyesuaikan kepribadian diri dan gejala kecemasan cenderung menjadi prediktor gejala somatoform pada remaja.

Latar Belakang
1.  Remaja dan Orangtua
Periode Masa remaja ditandai dengan perubahan psikososial dan fisik yang berkontribusi terhadap pertumbuhan biologis , psikologis dan sosial serta pengembangan kepribadian seseorang ( Calkins , 2010). Perubahan ini memainkan peran penting dalam mengembangkan perilaku , emosional dan kognitif dalam pengolahan self-regulatory , yang berkontribusi untuk menyesuaikan remaja dalam munculnya psikopatologi (Casey , Getz , & Galvan , 2008) . Psikopatologi selama periode remaja menjadi resisten terhadap pengobatan dibandingkan dengan masa kanak-kanak atau dewasa (Calkins, 2010).
Dalam lingkungan keluarga, interaksi orangtua-anak yang terganggu dapat mempengaruhi perkembangan psikologis, keterampilan sosial dan emosional , pikiran dan perilaku menyimpang dan kurang bisa menyesuaikan diri pada anak-anak. Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak yang melaporkan komunikasi interpersonal negatif dengan orang tua mereka, menganggap orang tua menolak mereka dan akhirnya menjadi stres . Jenis stres ini meningkatkan tingkat kortisol dalam otak yang menyebabkan pengurangan tingkat kekebalan dan meningkatkan gejala fisik (Flinn & Inggris, 1995).
Banyak pendekatan teoritis yang menggambarkan asosiasi afektif, disfungsi perilaku dan sosial dengan deregulasi emosional anak-anak ( Windle & Windle , 1996). Teori penerimaan-penolakan orangtua (The Parental Acceptance - Rejection Theory) ( PARTheory , Rohner , Khaleque & Cournoyer , 2007) menjelaskan mengapa beberapa orang tua menunjukan sikap menerima pada anak-anak mereka namun ada juga beberapa orang tua yang menunjukkan penolakan , agresif , dan perilaku mengabaikan.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penolakan orang tua berkorelasi dengan masalah perilaku dan psikologis yang parah pada remaja ( Barnes & Stein , 2003). penolakan orangtua seharusnya penyebab paling umum untuk mengembangkan gangguan somatoform pada remaja ( Frey , 2001) . Anak yang ditolak cenderung mengembangkan psikopatologis yang berbeda termasuk depresi, kecemasan , agresi , permusuhan , pandangan negatif dan perasaan tidak mampu. Anak-anak ini mengembangkan kepribadian yang sulit disesuaikan ( Rohner et al , 2007) . Kepribadian ini berhubungan dengan berkembangnya gangguan kecemasan seperti dikutip dari Flornstein dan Putnam ( 1992) yang meneliti remaja yang trauma dan menemukan bahwa 60-90 % menunjukkan ketidakmampuan menyesuaikan kepribadian diri sangat berhubungan dekat dengan kecemasan.
Anak-anak mengalami kecemasan sebagai bagian dari perkembangan normal mereka dalam kehidupan sehari-hari. Namun, terkadang, pada beberapa anak, gejala kecemasan menjadi berlebihan dan menjadi lebih buruk ( Bernstein , Borchardt , & Perwien , 1996) . Penelitian telah menunjukkan hubungan antara gangguan kecemasan tertentu dan gaya pengasuhan orangtua terhadap anak. Arrindell , Kwee , Methorst , Ende , Pol dan Moritz ( 1989 ) menemukan bahwa anak-anak dengan fobia sosial merasakan penolakan dari orang tua mereka dibandingkan dengan orang tanpa gangguan kecemasan. Dalam sebuah studi oleh Gruner , muris , dan Merckelbach, para peneliti meneliti hubungan antara gaya pengasuhan dan perkembangan gejala kecemasan pada anak-anak dengan gangguan kecemasan. Para peneliti menilai penolakan emosional berhubungan dengan perkembangan gejala kecemasan pada masa kanak-kanak. Mereka menemukan hubungan yang signifikan dan positif antara penolakan orang tua dan keparahan gejala kecemasan.

Penelitian sebelumnya (muris & Merckelbach , 1998) menunjukkan bahwa penolakan orang tua sangat erat kaitannya dengan perkembangan gangguan kecemasan pada anak-anak . Dalam sebuah penelitian , Briere dan Runtz ( 1988) menemukan kelalaian emosional dan pelecehan psikologis oleh ayah memprediksi gejala kecemasan dan masalah komunikasi interpersonal pada wanita .

2.   Somatoform

Gejala somatoform berarti perkembangan gejala yang menyarankan penjelasan organik tetapi tidak memiliki alasan yang berkaitan dengan organisme atau / alasan jiwa psikologis lain ataupun penyalahgunaan zat. Individu yang menderita gejala somatik juga cenderung untuk mengembangkan berbagai gangguan mental lainnya yaitu, depresi, kecemasan dan gangguan kepribadian yang menghilangkan keinginan individu untuk melanjutkan hubungan dengan keluarga, pekerjaan atau kegiatan akademik dan masalah kehidupan lainnya. (APA, 2000).
Menurut Salmon, Al-Marzooqi, Baker, dan Reilly (2003), lingkungan keluarga meningkatkan kecenderungan somatisasi pada anak-anak dan remaja. Draijer dan Langeland (1999) menemukan disfungsi orangtua, kekerasan interpersonal dan pemisahan dari orang tua berkaitan dengan psikopatologi pada wanita dewasa. Demikian pula, Lackner, Gudleski, dan Blanchard (2004) penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien (54%) dengan gejala somatisasi melaporkan interaksi negatif dengan orang tua yang menghasilkan kerentanan terhadap respon stress pada sistem fisiologis, sistem stres responsif fisiologis serta fungsi psikologis.
3.  Praktik Pengasuhan
Praktik pengasuhan dan perilaku sangat penting dalam proses sosialisasi anak. Masyarakat Pakistan biasanya mencampurkan nilai-nilai agama dan budaya. Banyak orang tua membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam praktik membesarkan anak mereka. Dalam banyak hal, masyarakat Pakistan menyukai diskriminasi gender oleh orang tua seperti anak laki-laki dianggap lebih unggul dari perempuan . Dalam beberapa kelas sosial-ekonomi, anak laki-laki lebih disukai pada anak perempuan dalam hal kebutuhan fisik , psikologis dan emosional. Agresi fisik digunakan sebagai praktik membesarkan anak dengan disiplin yang keras .
Sejauh ini psikologis dan kesalahan emosional bersangkutan, sebagian besar orang tua dalam masyarakat Pakistan tidak memahami kebutuhan emosional dan psikologis anak-anak mereka , dan tidak ada perawatan yang diambil tentang harga diri dan selfrespect mereka. Khusus pada konteks budaya Pakistan sebagai masyarakat kolektivis, terdapat beberapa kesalahpahaman umum tentang praktik pengasuhan anak, misalnya, ketaatan kepada orang tua dan orang yang lebih tua , kepatuhan terhadap aturan keluarga, penggunaan hukuman fisik dalam hal disiplin, dan penerimaan otoritas orangtua, hal ini sangat berkaitan dengan kepentingan orang tua.

Metode dan Subjek
1.  Teknik Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif.
2.  Subjek Penelitian

Sebuah sampel dari 300 remaja perempuan (150 dengan gangguan somatoform dan 150 dengan kondisi medis umum) dipilih dari tiga rumah sakit di Lahore. Kelompok pembanding disesuaikan dengan kelompok remaja dengan gangguan somatoform, baik dari segi usia, pendidikan serta status sosial ekonomi. Kelompok ini menderita kondisi medis ringan umum seperti batuk, demam, flu, dll.

3.  Alat Pengumpulan Data
Variabel demografi Kuisioner . Kuisioner ini termasuk informasi dari remaja yaitu, usia, pendidikan, status pendidikan, usia orangtua, pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua, sistem keluarga dan penghasilan bulanan keluarga .
CHILD PARQ (kuesioner penerimaan-penolakan orang tua ) Bapak / Ibu ( Short Form : Rohner et al 2007). Ini adalah kuesioner 29 item yang mengukur lima dimensi seperti, dingin/kurangnya kasih sayang, permusuhan/agresi , ketidakpedulian/kelalaian, dibedakan/penolakan dan pengontrolan. Kuesioner ini didesain untuk mengukur persepsi anak-anak dari perilaku ibu dan ayah. memberikan rating pada skala Likert empat poin yang berkisar dari hampir selalu benar (4) sampai dengan hampir tidak pernah benar (1). Izin untuk menggunakan dan menerjemahkan CHILD PARQ diambil dari penulis melalui e-mail. PARQ diterjemahkan ke dalam bahasa Urdu . Konsistensi internal versi Urdu diterjemahkan, berdasarkan penelitian ini adalah 0,87 untuk versi ibu dan ayah versi .82.
Skala Gejala somatoform ( SSS ; Naz & Kausar , 2011). Digunakan untuk menilai keparahan gejala somatoform . Untuk menilai gejala dan keparahan gejala konversi, gejala nyeri, gejala dismorfik tubuh, gejala hypochondriacal dan gejala somatoform disorder dan gejala gangguan somatoform yang berbeda, semua gejala menurut DSM - IV - TR yang diterjemahkan ke dalam bahasa Urdu. Skala ini didasarkan pada daftar gejala yang digunakan dalam kriteria DSM - IV - TR untuk gangguan ini, terdapat  43 gejala pada skala. Gejala ini termasuk gejala sensorik dan motorik untuk gangguan konversi, gejala nyeri, gejala dismorfik tubuh dan gejala hypochondriacal . tahapan skala keparahan gejala ada 5 point Likert - skala mulai dari tidak sama sekali (0) sampai sangat parah (4). Kedua sub - skala dan skor total menunjukkan konsistensi internal yang baik . Konsistensi internal skala adalah .93 yang didasarkan pada penelitian ini.
Personality Assessment Questionnaire (PAQ; Rohner et al 2007.). Ini adalah kuesioner 42 item yang dirancang untuk mengizinkan persepsi individu dari mereka sendiri yang berhubungan dengan tujuh ketentuan kepribadian yaitu, permusuhan dan agresi, ketergantungan, negatif self-esteem, kepuasan diri negatif, emosi yang tidak mudah tersentuh, ketidakstabilan emosional dan pandangan dunia yang negatif. PAQ, adalah Tindakan ketidakmampuan psikologis untuk keseluruhan responden. Konsistensi internal dari skala untuk penelitian ini adalah .85.
Kuesioner kecemasan Hubungan Interpersonal (IRAQ, Rohner et al 2007.). Ini Terdiri dari gejala umum dari kecemasan Bahwa orang merasa dalam konteks hubungan interpersonal. IRAQ  yang Dikembangkan dan direvisi oleh Rohner (2008). Empat opsi yang diberikan untuk setiap gejala adalah dari Hampir selalu benar (4) sampai Hampir tidak pernah benar (1). The IRAQ diterjemahkan dalam bahasa Urdu dengan izin dari penulis. Konsistensi internal diterjemahkan Urdu Versi IRAK untuk penelitian ini adalah 0,87.
4.  Prosedur Penelitian

Setelah meminta izin resmi dari kepala unit psikiatri rumah sakit untuk mengumpulkan data, peneliti merekrut remaja dengan gangguan somatoform yang didiagnosa oleh seorang psikolog klinis dan psikiater. Kelompok pembanding direkrut dari rumah sakit yang sama. Para orang tua dan peserta diberitahu tentang tujuan penelitian. Sebuah penilaian formal dilakukan setelah mengambil informasi yang diinginkan dari para peserta dan orang tua/wali. Penilaian dari remaja dengan gangguan somatoform dilakukan di ruang yang terpisah. Prosedur penilaian yang sama juga diikuti oleh semua peserta dengan kondisi medis umum.

Izin dari penulisan alat penilaian diperoleh untuk menggunakan dan menerjemahkan langkah-langkah penilaian untuk penelitian ini. Untuk pengumpulan data, izin pasien umum diperoleh dari masing-masing kepala departemen rumah sakit. Peserta diberitahu tentang tujuan penelitian. Persetujuan dari peserta dan orang tua / wali juga diperoleh untuk mengambil bagian dalam studi ini. Mereka yakin terhadap kerahasiaan informasi yang diberikan. Peserta juga diberitahu bahwa partisipasi mereka dalam penelitian ini bersifat sukarela dan mereka bisa berhenti jika mereka merasa tidak nyaman tanpa diberikan hukuman apapun.

Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan gangguan somatoform dilaporkan lebih mendapat penolakan dari orang tua , serta memiliki gejala kecemasan yang lebih berkembang dan memiliki kondisi psikologis yang lebih tidak mampu menyesuaikan kepribadian dibandingkan dengan remaja dengan kondisi medis umum. analisis Pearson korelasional dilakukan untuk menilai hubungan antara keparahan gejala somatoform dan penolakan orang tua, gejala kecemasan, dan disposisi kepribadian.
Untuk penolakan orang tua (ibu) , ada korelasi positif dan signifikan antara sikap yang dingin / kurangnya kasih sayang ( ibu ) , permusuhan / agresi ( ibu, ayah ) , acuh tak acuh / kelalaian ( ibu, ayah ) dan gejala motorik , gejala sensorik , gejala sakit dan gejala hypochondriacal. Dimensi penolakan ( PARQ , ibu ) memiliki korelasi positif yang signifikan dengan gejala motorik , gejala sensorik , gejala nyeri , gejala hypochondriacal dan gejala dismorfik tubuh . Untuk penolakan orang tua ( ayah ) , sikap yang dingin dan kurangnya kasih sayang memiliki hubungan signifikan positif dengan gejala motorik , gejala sensorik , gejala nyeri dan gejala hypochondriacal tetapi memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan gejala dismorfik tubuh . Dimensi penolakan (ayah ) memiliki korelasi positif yang signifikan dengan gejala motorik , gejala sensorik , gejala nyeri dan gejala hypochondriacal .
Untuk disposisi kepribadian, semua disposisi seperti, permusuhan dan agresi, ketergantungan, self – esteem yang negatif, kepuasan diri negatif, emosi yang tidak mudah tersentuh, ketidakstabilan emosional dan pandangan negatif terhadap dunia, bebagi korelasi positif yang signifikan dengan gejala motorik, sensorik gejala, gejala nyeri dan gejala hypochondriacal . Total skor disposisi kepribadian juga telah berkorelasi positif dengan gejala motorik, gejala sensori , gejala nyeri dan gejala hypochondriacal. Semua disposisi kepribadian tidak memiliki korelasi dengan gejala dismorfik tubuh .
Untuk memeriksa hubungan antara gejala kecemasan dengan penolakan orang tua dan disposisi kepribadian, analisis regresi berganda dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap dingin / kurangnya kasih sayang ( ayah ) , permusuhan / agresi ( PAQ ) , harga diri negatif , kepuasan diri negative dan pandangan dunia yang negatif memiliki hubungan yang signifikan dengan gejala kecemasan.
Untuk mengeksplorasi hubungan gejala gangguan somatoform dengan penolakan orang tua dan disposisi kepribadian, analisis regresi berganda dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan penolakan dari ibu , permusuhan / agresi ( PAQ ) , kepuasan diri negatif dan pandangan dunia yang negatif memiliki hubungan yang signifikan dengan gejala somatisasi. kepuasan diri negatif memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan somatoform. Sikap yang dingin / kurangnya kasih sayang ( ibu ) , penolakan ( ibu ) dan pandangan yang negatif memiliki hubungan yang signifikan dengan gejala nyeri. Penolakan (ibu ) , kepuasan diri negatif dan pandangan dunia negatif memiliki hubungan yang signifikan dengan gejala motorik. Ketergantungan dan pandangan dunia yang negative memiliki hubungan yang signifikan dengan gejala hypochondriacal dan sikap dingin ( ayah ) memiliki hubungan yang signifikan dengan gejala dismorfik tubuh.

Pembahasan
Temuan dari penelitian ini mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja menerima penolakan dari orang tua, 70 kali semakin tinggi mengalami gejala gangguan somatoform. Penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan gejala somatoform yang lebih tinggi lebih sering marah, benci, dingin, tidak punya motivasi dan mudah tersinggung, dibandingkan dengan remaja dengan kondisi medis umum ( Lackner et al . 2004). Temuan dari penelitian ini sama dengan PARTheory oleh (Rohner et al . 2007) yang menyatakan "penolakan orang tua cenderung mendorong anak-anak untuk mengembangkan psikopatologi. Pengabaian dari orang tua ini menyebabkan sedikit perhatian untuk kebutuhan anak-anak baik untuk kenyamanan, hiburan, bantuan, atau perhatian". Temuan ini juga konsisten dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Brown, Schrag, dan Trimble (2005) yang menemukan bahwa pasien dengan gangguan somatoform mengalami lingkungan yang keras, diperlakukan dengan emosi yang dingin, penolakan dan seringnya mendapat kritik dari orang tua.

Temuan dari penelitian ini menunjukkan korelasi positif dan signifikan antara penolakan orang tua dan keparahan gejala gangguan somatoform. Seperti Leiknes, Finset,Mourn, dan Sandanger (2007) menemukan gejala kecemasan sangat berkorelasi dengan keparahan gangguan somatoform. Brasic (2002) juga menemukan gejala gangguan kecemasan dan gangguan kepribadian yang antisosial pada pasien dengan gangguan somatisasi. Kaplan dan Sadock (1998) mengamati bahwa tujuh puluh persen pasien melaporkan tingginya jumlah gejala kecemasan pada pasien dengan gejala dismorfik tubuh.

Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penolakan dari orang tua dan ketidakmampuan menyesuaikan kepribadian diri muncul sebagai prediktor utama dari gejala somatoform. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa sikap dingin dari ayah dan ketidakmampuan menyesuaikan kepribadian sebagai prediktor utama dari gejala kecemasan pada remaja dengan gangguan somatoform. Lingkungan keluarga adalah prediktor yang paling penting bagi remaja untuk mengembangkan efek kesehatan jangka panjang di masa depan . Gaya mendidik orangtua yang negatif yang tertanam dengan permusuhan, penolakan dan kelalaian, hal ini memiliki hubungan dengan perkembangan psikopatologi di kemudian hari ( Alexander , 1992).

Anak-anak memiliki masalah besar dalam memecahkan stres lingkungan dan dalam mengatur emosi ketika mereka berada dalam lingkungan yang tidak mendapat dukungan, dingin dan lingkungan keluarga yang dipenuhi dengan penolakan ( Lackner et al., 2004). Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang melaporkan komunikasi interpersonal negatif dengan orang tua mereka menganggap orangtua mereka menolak mereka. Karena adanya perasaan penolakan, ini dapat mengembangkan tegangan tinggi yang berakibat meningkatnya tingkat kortisol dalam otak. Hal ini menyebabkan berkurangnya tingkat kekebalan dan sebagai hasilnya meningkatkan gejala fisik (Flinn & Inggris, 1995). Karena, pelindung yang bertanggung jawab melindungi fungsi kekebalan tubuh ini bersifat sensitif dari bahaya tingkat cortisol yang tinggi. (Gunnar, Bruce, & Hickman, 2001).

Hasil dari penelitian ini juga sejalan dengan orang-orang dari Hornstein dan Putnam (1992) yang meneliti trauma remaja dan menemukan bahwa 60-90% menunjukkan asosiasi ketidakmampuan menyesuaikan kepribadian dengan gangguan kecemasan. Hal ini dapat menjelaskan dalam hal perilaku kedekatan yang tidak aman antara orang tua dan anak dalam keluarga dengan ketidakmampuan menyesuaikan kepribadian (Main & Hesse, 1996). Penjelasan lain adalah bahwa anak-anak selalu belajar kemampuan beradaptasi untuk menangani stres lingkungan dalam menanggapi tuntutan orangtua yang kuat. Menurut Harter (1983) dan studi tentang diri remaja, pada usia 14 tahun, remaja merasa dibagi menjadi diri yang berbeda yang mendistorsi rasa kesamaan personal sehingga menghasilkan kesulitan menyesuaikan diri.

Masa remaja adalah masa konflik yang tinggi, tekanan, dan kerenggangan kelekatan antara orang tua dan anak-anak. Ada kebutuhan untuk otonomi yang menghasilkan perilaku menantang pada remaja ( Agnew, 2003). Rohner et al (2007) juga berpendapat bahwa penelitian tersebut telah menemukan bahwa remaja yang ditolak oleh orangtua mereka berada pada risiko tinggi untuk mengembangkan permasalahan kepribadian menyesuaikan diri seperti miskin harga diri, konsep diri negatif, agresi, permusuhan, depresi, dan pandangan dunia yang negatif.  

Hal ini menyimpulkan bahwa pasien dengan gejala somatik melaporkan kejadian parah seperti gangguan kepribadian dan gejala kecemasan. Kehadiran gangguan kepribadian dan gejala kecemasan membuat psikopatologi secara keseluruhan lebih parah dan memperburuk fungsi tingkat kehidupan rutin. Dengan demikian, perhatian khusus harus diberikan kepada pasien dengan gangguan kepribadian, gejala kecemasan dan gejala gangguan somatoform dan kemudian harus dikelola dengan mempertimbangkan profil klinis dan fitur yang terkait.