what i see in this world

Selasa, 12 Agustus 2014

GERONTOLOGI



A. Definisi

Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari proses ketuaan dan kaitannya, berasal dari kata "Geras" dari bahasa yunani berarti umur tua dan "Logos" pelajaran atau penjelasan tentang sesuatu. Istilah gerontologi mempunyai arti luas karena menyangkut aspek-aspek psikologi, sosio ekonomi, fisiologi Khusus untuk gerontologi yang menyangkut aspek kesehatan disebut geriatrik yang mempelajari aspek-aspek medis dalam kehidupan tua. Geriatrik mendalami sebab-sebab dan upaya perbaikan dari perubahan patologi faali pada orang-orang yang berumur lanjut.

Menurut Miller, Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang mungkin terjadi pada lansia. Dalam referensi lain dikatakan gerontologi merupakan suatu pendekatan ilmiah dari berbagai aspek proses penuan yaitu kesehatan, sosial, ekonomi, perilaku, lingkungan. Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada penyakit yang timbul pada lansia.

Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu :
  1. Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia.
  2. Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif
  3. Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b) Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan lain-lain.
  4. Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan penegak hukum, atau trauma psikis.

B. Teori Menua (Aging)

Gerontologi, studi ilmiah tentang efek tentang penuaan dan penyakit yang berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi efek biologis, fisiologis, psikososial, dan espek rohani dari penuaan (Stanley 2006). Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Santoso 2009).

 Menjadi tua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Menurut Darmojo (2006) tujuan hidup manusia itu ialah menjadi tua tetapi tetap sehat (Healthy aging). Healthy aging artinya menjadi tua dalam keadaan sehat. Takemi (1977) yang pertama kali menyatakan “Gerontology is concerned primarily with problem of healthy aging rather than the prevention of aging”.
Healthy aging akan dipengaruhi oleh faktor:

1. Endogenoc aging, yang dimulai dengan cellular aging, lewat tissue dan anatomical aging kearah proses menuanya organ tubuh. Proses ini seperti jam yang terus berputar.
2. Exogenix faktor, yang dapat dibagi dalam sebab lingkungan (environment) dimana seseorang hidup dan faktor sosio budaya yang paling tapat disebut gaya hidup (Life style). Faktor exogenix aging tadi, sekarang lebih dikenal denga ssebutan faktor resiko.

Wacana diatas jelas kiranya tugas dan tujuan gerontology/geriatri dalam mengabdi ilmu kesehatan yaitu menuju healthy aging (menuju menua sehat). Pengalaman menunjukkan bahwa rupa-rupanya yang lebih berpengaruh adalah faktor-faktor eksogen yaitu “gaya hidup” dan lingkungan yang juga saling mempengaruhi satu satu sama lain. Endogenic dan exogenix faktors ini seringkali sulit untuk dipisah-pisahkan karena saling memepngaruhi dengan erat. Bila faktor-faktor trsebut tidak dapat dicegah terjadinya maka orang tersebut akan lebih cepat meninggal dunia (Darmojo 2006).

C. Karakteristik lansia

Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia adalah:

a. Jenis kelamin: Lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan perempuan. Misalnya lansia laki-laki sibuk dengan hipertropi prostat, maka perempuan mungkin menghadapi osteoporosis.
b. Status perkawinan: Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda atau duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis.
c. Living arrangement: misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama instri, anak atau kekuarga lainnya.
1). Tanggungan keluarga: masih menangung anak atau anggota keluarga.
2). Tempat tinggal: rumah sendiri, tinggal bersama anak. Dengan ini kebanyakan lansia masih hidup sebagai bagian keluarganya, baik lansia sebagai kepala keluarga atau bagian dari keluarga anaknya.

Namun akan cenderung bahwa lansia akan di tinggalkan oleh keturunannya dalam rumah yang berbeda. Menurut Darmawan mengungkapkan ada 5 tipe kepribadian lansia yang perlu kita ketahui, yaitu: tipe konstruktif (constructive person-ality), tipe mandiri (independent personality), tipe tergantung (hostility personality) dan tipe kritik diri (self hate personality).


d. Kondisi kesehatan

1). Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, buang air besar dan kecil.
2).  Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain.

e. Keadaan ekonomi
1). Sumber pendapatan resmi: Pensiunan ditambah sumber pendapatan lain kalau masih bisa aktif.
2). Sumber pendapatan keluarga: Ada bahkan tidaknya bantuan keuangan dari anak atau keluarga lainnya atau bahkan masih ada anggota keluarga yang tergantung padanya.
3).  kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi, sementara pendapatan semakin menurun. Status ekonomi sangat terancam, sehinga cukup beralasan untuk melakukann berbagai perubahan besar dalam kehidupan, menentukan kondisi hidup yang dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik.

D. Perubahan-perubahan pada lansia

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia adalah faktor kesehatan yang meliputi keadaan fisik dan keadaan psikososial lanjut usia.

a.    Keadaan Fisik
Faktor kesehatan meliputi keadaan psikis lansia. Keadaan fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan manuia. Perubahan secara fisik meliputi sistem prnapasan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, muskuloskletal, gastrointestinal dan system integumen mulai menurun pada tahap-tahap tertentu. Dengan demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan diri kembali dengan ketidak berdayaannya.

b. Kesehatan Psikososial
1).  Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.

2). Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.

3). Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stress lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.


4). Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.

5). Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.

6). Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.
c.  penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan jantung, gangguan metabolisme, misal diabetes millitus, vaginitis, baru selesai operasi : misalnya prostatektomi, kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer.
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
·   Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
·   Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya.
·   Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
·   Pasangan hidup telah meninggal.
·   Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
d. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.
Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah lansia? Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh.
Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan macamnya.
Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping pekerjaan yang selama ini ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna, menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya.

e. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.



E. Pembatasan kecacatan

Kecacatan adalah kesulitan dalam mengfungsikan kerangka, otot dan system saraf. Pengolongan kecacatan dapat berupa kecacatan sementara (dapat dikorelasi), kecacatan mental (tak bias dipulihkan, akan tetapi dapat disupsitusikan dengan alat), kecacatan progresif (tak bisa pulih dan tak bias disubstitusikan atau di ganti). Langkah-langkah yang dilakukan adalah pemeriksaan (assesment), identifikasi masalah (problem identification), perencanaan (planning), pelaksanaan (implementation), dan penilaian (evaluation).

F. Jenis Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga terdiri atas suami, istri, anak dan untuk indonesia dapat meluas mencakup saudara dari kedua belah pihak. menyatakan bahwa keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperluka. Terdapat beberapa dimensi dari dukungan keluarga yaitu:

1). Instrumental Aid (Bantuan Instrumental)
Dukungan ini bersifat nyata dan bentuk materi bertujuan untuk meringankan beban bagi individu yang membentuk dan keluarga dapat memenuhinya, sehimgga keluarga merupakan sumber pertolongan yang praktis dan konkrit yang mencakup dukungan atau bantuan seperti uang, peralatan, waktu serta modifikasi lingkungan.Menurut Hause, bantuan instrumental adalah merupakan tindakan atau materi yang diberikan oleh orang lain yang memungkinkan pemenuhan tanggung jawab yang dapat membantu untuk mengatur situasi yang menekan.
2). Social Emotion Aid (Bantuan Sosial Emosional)
Suatu ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang-orang yang bersangkutan kepada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, misalnya umpan balik dan penegasan dari anggota keluarga. Keluarga merupakan tempat yang aman untuk istirahat serta pemulihan penguasaan emosi. Bantuan sosial emosional merupakan pernyatan tentang cinta, perhatian, penghargaan dan simpati serta menjadi bagian dari kelompok yang berfungsi untuk memperbaiki peranan negatif yang khususnya disebabkan oleh stress.
3). Information Aid (Bantuan Informasi)
Apabila individu tidak dapat menyelesekan masalah yang dihadapi maka dukungan ini diberikan dengan cara memberi informasi, nasehat dan petunjuk tentang cara penyelesean masalah. Keluarga juga merupakan penyebar informasi yang dapat diwujudkan dengan pemberian dukungan semangat serta pengawasan terhadap pola kegiatan sehari-hari. Bantuan informasi adalah komunikasi tentang opini atau kenyataan yang relevan tentang kesulitan-kesulitan pada saat ini, misalnya nasehat dan informasi-informasi yang dapat menjadi individu lebih mampu untuk mengatasi sesuatu.



4). Keintiman
dukungan keluarga lebih banyak diperoleh dari keintiman dari pada aspek-aspek lain dalam interaksi sosial, adanya keintiman dan penerimaan dukungan sosial yang baik, selama menjalani kehidupan dapat membuat individu lebih berarti bagi lingkungan.
5). Self Esteem
Individu yang mempunyai self esteem tinggi memandang orang lain yang sama sehingga ancaman terhadap tindakan dengan individu yang self esteem-nya tidak menyenangkan dan tidak sesuai dengan harapanya.
6). Ketrampilan Sosial
Individu yang berguna akan memiliki ketrampilan sosial tinggi sehingga mereka mempunyai jaringan sosial yang luas, oleh karena itu individu yang mempunyai kebiasan yang mudah mendapat dukungan sosial tinggi dari pada individu yang rendah ketrampilan sosialnya.

G. Peran anggota keluarga terhadap lansia

Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap angota keluarga memiliki peran yang sangat penting oleh anggota keluarga dalam melaksanakan perannya terhadap lansia yaitu: melakukan pembicaraan terarah, memperhatikan kehangatan keluarga, membantu dalam hal transportasi, membantu melakukan persiapan makanan bagi lansia, memberikan kasih sayang, menghormati dan menghargai, bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia, memberikan kasih sayang, menyediakan waktu serta perhatian, jangan menganggapnya sebagai beban, memberi kesempatan untuk tinggal bersama, mengajarknya dalam acaraacara keluarga, membantu mencukupi kebutuhanya.

H. Peran keluarga dalam perawatan lansia

Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam memperhatikan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia.

I. Tugas perkembangan keluarga dengan lansia

Tugas perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai oleh keluarga adalah sebagai berikut: mempertahankan pengetahuan hidup yang memuaskan, penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, penyesuaian diri terhadap kehilangan pasagan, pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut.







DAFTAR PUSTAKA

http://belajarpsikologi.com/psikologi-lansia/, diakses pada 12 mei 2014, 10:17 am.

Ebook, HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG POSYANDU LANSIA DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU MENGIKUTI POSYANDU LANSIA, Maryatun**Syaifudin Ali Anwar**Ratih Sri Wardani, Fakultas Kesehatan Masuarakat Universitas Muhammadiyah Semarang, diakses pada 12 mei 09.30am.

Ebook, Studi Deskriptif Gaya Hidup Pada Usia Lanjut Hipertensi Di Desa Kangkung Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak, Guntur Prasetyo, jtptunimus-gdl-gunturpras-6599-3-babii, diakses pada 12 mei 2014, 09.45am.

Ebook, Senam Vitalisasi Otak Lebih Meningkatkan Fungsi Kognitif Kelompok Lansia
daripada Senam Lansia di Balai Perlindungan Sosial Propinsi Banten, unud-680-tesisfinalhjstrohanaoke, diakses pada 12 mei 2014, 10.00am.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar